Oleh: kaveleri | 15 Agustus 2009

Blackberry Syndrome

Alhamdulillah aku tidak terkena penyakit yang satu ini.

Banyak orang yang latah membeli blackberry sampai indent lama dengan harga mahal pula, ini untuk orang-orang yang berduit. Sedangkan untuk yang duitnya pas-pasan akan melirik blackberry palsu alias blackberry wannabe.

Trend telah mengalahkan fungsi dan kebutuhan. Memang kita akui ponsel jenis blackberry itu sangat berguna untuk menunjang aktivitas dan pekerjaan bagi sebagian orang. Tetapi lebih banyak lagi yang tidak nyambung dengan blackberrynya. Disayangkan kalau fitur-fitur utama dan unggulan di dalamnya menjadi mubadzir.

Di sisi ekonomi, blackberry menjadi fenomenal karena penjualannya yang laris manis tanjung kimpul. Dengan harga blackberry yang relatif mahal, peluang produsen blackberry wannabe aka produsen ponsel China yang kreatif meniru untuk membuat produk tiruan dengan harga murah sangat besar. Seperti nexian, d-one, dan k-touch telah menikmati kue sindrom ini. Yang ketiga adalah penjualan hape lainnya dengan keypad qwerty ikut meningkat.

Aku pribadi kenapa tidak terkena virus ini karena pertama memang aku tidak suka keypad hape yang banyak seperti itu. Keypad qwerty belum tentu menjamin pengetikan lebih cepat daripada keypad klasik. Aku menulis artikel ini menggunakan hape nokia 6120c dengan predictive text. Kecepatan mengetik dengan menggunakan predictive text bisa lebih tinggi daripada menggunakan keypad qwerty ala blackberry. Selain itu, aku nggak suka yang ribet-ribet, sukanya yang simpel tetapi mantap. Bentuk hape dengan keypad biasa lebih manis daripada dengan keypad qwerty.

Kedua, aku bukan penggila email, chatting, maupun jejaring sosial. Aku mengikuti sekitar 100 mailing list, punya beberapa account chatting, dan mengikuti lebih dari satu jejaring sosial. Tetapi aku tidak merasa butuh blackberry. Aku tidak mau dikendalikan oleh itu semua. Harusnya kita yang mengendalikan mereka, bukan dikendalikan.

Alasan terakhir yang mengada-ada adalah harga blackberry mahal boy! Coba kalau harganya seperti harga hape esia ngoceh dua, belum tentu aku mau beli juga. Lha wong bayar biaya bulanannya saja kalau nggak salah minimal seratus ribu rupiah untuk 1 hape yang nggak aku sukai. Aku dengan seratus ribu rupiah itu bisa menghidupi 3-4 hapeku dan hape istriku, sudah termasuk paket datanya sekalian.

Terakhir mohon maaf kalau ada yang kurang berkenan atau tersinggung dengan tulisanku di atas.


Tanggapan

  1. salam, posting yang bermanfaat, sorry ngikut thread komentar ini sebagai salam kenal… sy Agus Suhanto


Tinggalkan Balasan ke Agus Suhanto Batalkan balasan

Kategori